Teknologi Pikat Petani Muda, Kukar Bidik Lumbung Pangan Modern

$rows[judul] Keterangan Gambar : Bupati Kukar Aulia Rahman Basri menghadiri acara panen padi Demplot LEISA & Aplikasi Digital Farming melalui pemanfaatan drone sprayer agriculture di Gapoktan Bukit Biru Tenggarong, Jumat (12/9).

TENGGARONG, denai.id – Panen padi di lahan demplot LEISA dan aplikasi digital farming di Bukit Biru, Tenggarong, Jumat (12/9), bukan sekadar seremoni. Di balik hamparan padi yang siap digarap, tersimpan harapan baru: pertanian yang lebih modern dan menarik bagi generasi milenial.

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Aulia Rahman Basri menegaskan, masa depan pangan daerah tak hanya bergantung pada luas sawah. Yang lebih penting adalah cara baru bertani. “Petani baru tumbuhnya masih lamban. Berbeda dengan nelayan, di mana generasi mudanya cepat berkembang. Kita perlu dorong petani milenial dengan teknologi tinggi agar tertarik kembali ke sawah,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi Pemkab Kukar.

Harapan itu disambut lewat proyek demplot Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) yang dikombinasikan dengan pemanfaatan drone sprayer agriculture. Dari uji coba di Kelurahan Bukit Biru, hasil panen melonjak dari 3,9 ton menjadi 6,2 ton per hektare—naik 74 persen.

Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, yang ikut panen bersama, optimistis capaian ini bisa mengerek kemandirian pangan. Dengan lahan sawah aktif di Kukar seluas 13 ribu hektare, potensi swasembada bisa tercapai jika produktivitas tetap terjaga. “Kalau sistem irigasi diperkuat, bukan mustahil tiga kali panen dalam setahun bisa dicapai,” ucapnya.

Bagi Aulia, hasil itu lebih dari sekadar angka. Demplot LEISA dianggap pintu masuk menuju pertanian berkelanjutan. Sistem ini meminimalkan penggunaan pupuk kimia, menjaga kesehatan tanah, dan mengurangi ketergantungan pada bahan sintesis. “Kita ingin pertanian yang lebih ramah lingkungan sekaligus efisien,” tambahnya.

Modernisasi pertanian lewat digital farming juga diproyeksikan menjadi magnet bagi generasi muda. Drone, sensor, dan alsintan berbasis teknologi diyakini bisa mengubah citra bertani yang selama ini dianggap konvensional. “Kita butuh anak muda yang bisa mengoperasikan alat-alat canggih, dari drone hingga mesin tanam. Itu akan membuat pertanian lebih efisien,” kata Aulia.

Tak hanya di Bukit Biru, program serupa akan diperluas ke sentra-sentra padi lain di Kukar. Pemkab disebut sudah menyiapkan koordinasi bersama Dinas Pertanian, Bank Indonesia Kaltim, dan Politani Samarinda. Targetnya, tak lagi berhenti di 10 hektare demplot, melainkan menyebar ke ribuan hektare lahan.

Langkah ini melanjutkan tradisi Kukar sebagai lumbung pangan Kaltim. Dengan posisi sebagai penyumbang utama beras di provinsi, Kukar kini dipacu untuk memperkuat ketahanan pangan jelang beroperasinya Ibu Kota Nusantara. “Kami sadar sebagian besar pangan Kaltim berasal dari Kukar. Dengan dukungan teknologi dan semangat petani muda, kita bisa menjadi lumbung pangan modern yang kuat,” tutup Aulia. (adv/nad)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)